Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bekasi terus mendorong pelaksanaan Program Sekolah Adiwiyata sebagai upaya membentuk karakter peduli lingkungan di kalangan pelajar. Selain itu, DLH juga berkomitmen meningkatkan predikat Adiwiyata di sekolah-sekolah Bekasi guna menciptakan pendidikan yang berwawasan lingkungan.
Sebagai bentuk komitmen tersebut, DLH melakukan berbagai langkah strategis, seperti memberikan pendampingan teknis kepada sekolah-sekolah calon Adiwiyata, menyelenggarakan pelatihan bagi guru dan pengelola sekolah terkait pengelolaan lingkungan hidup, serta memfasilitasi monitoring dan evaluasi berkala. DLH juga menjalin kerja sama dengan instansi terkait dan komunitas lingkungan untuk mendukung kegiatan edukasi dan pelestarian lingkungan di lingkungan sekolah. Upaya ini dilakukan agar lebih banyak sekolah dapat naik tingkat, dari Adiwiyata kota ke provinsi, nasional, hingga mandiri.
Program Sekolah Adiwiyata di Kota Bekasi bukan sekadar penghijauan atau pemenuhan administratif. Ia merupakan investasi jangka panjang dalam membentuk budaya dan kebiasaan yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar akademis, tetapi juga ruang pembentukan karakter dan nilai-nilai kepedulian terhadap alam.
Hingga saat ini, terdapat 128 sekolah di Kota Bekasi yang telah meraih predikat Adiwiyata, dengan rincian: 72 Sekolah Adiwiyata tingkat kota, 51 Sekolah Adiwiyata tingkat provinsi, 4 Sekolah Adiwiyata tingkat nasional, dan 1 Sekolah Adiwiyata mandiri. Angka ini mencerminkan komitmen kolektif dalam membangun sekolah yang ramah lingkungan.
Berbagai sekolah di Bekasi telah menerapkan program Adiwiyata secara aktif. Sebagai contoh, SMAN 7 Bekasi menjalankan program “Gerakan BERSEMANGAT” yang melibatkan senam bersama, sarapan sehat, dan kegiatan bersih-bersih setiap Jumat di minggu kedua. SMPN 1 Kota Bekasi juga rutin mengadakan gotong royong serta memberikan penghargaan bulanan untuk kelas terbersih sebagai motivasi menjaga kebersihan.
Lebih dari sekadar menjaga kebersihan, program ini menanamkan kebiasaan ramah lingkungan, seperti memilah sampah, mendaur ulang, dan menghemat energi. Seluruh warga sekolah, termasuk orang tua, ikut terlibat aktif dalam upaya ini.
Gerakan Sekolah Adiwiyata juga berfungsi sebagai sarana untuk membentuk pola pikir baru: bahwa manusia dan alam saling terhubung, dan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari tindakan kecil. Contohnya, siswa membawa botol minum sendiri, guru mematikan lampu saat tidak digunakan, atau kepala sekolah yang menjadikan isu lingkungan sebagai bagian dari visi pendidikan.
Keberhasilan gerakan ini tidak bisa diraih oleh sekolah saja. Dukungan dari orang tua, komunitas lokal, dan dunia usaha sangat penting. Ketika wali murid mulai mengurangi penggunaan plastik, warga sekitar berpartisipasi dalam kebun sekolah, dan perusahaan lokal mendukung fasilitas daur ulang, maka terbentuklah ekosistem Adiwiyata yang sesungguhnya.
Penting untuk diingat bahwa Adiwiyata bukanlah tujuan akhir, melainkan proses berkelanjutan. Hasilnya mungkin baru tampak ketika anak-anak dewasa dan mengambil keputusan sebagai pemimpin, orang tua, atau warga negara. Ketika mereka mempertimbangkan dampak lingkungan dari setiap tindakan, itulah keberhasilan sejati Gerakan Adiwiyata.
Adiwiyata di Bekasi bukan hanya program pendidikan, melainkan arah masa depan kota: membangun generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga sadar lingkungan. Sekolah menjadi penggerak perubahan, dan siswa adalah agen masa depan menuju kehidupan yang lebih lestari.